Tampilkan postingan dengan label Aqidah Da'iyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aqidah Da'iyah. Tampilkan semua postingan

Penyimpangan Aliran Syi’ah “Imamiyah Al-Itsna-’Asyariyyah”

Aliran Syi’ah “Imamiyah Al-Itsa-’Asyariyyah” membawa beberapa penyimpangan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut jelas disebutkan dalam referensi-referensi yang mereka miliki. Dalam artikel ini akan disebutkan beberapa penyimpangan aliran Syi’ah “Imamiyah Al-Itsna-’Asyariyyah” (inhirafu manhaj “Imamiyyah Itsna Asyariyyah”) berdasarkan referensi mereka sendiri.

A. Fatwa-fatwa Khomeini Tentang Aqidah dalam kitabnya Kasyful-Asrar[1]:

1. Meminta Sesuatu Kepada Orang yang Telah Mati Tidak Termasuk Syirik.

“Ada yang berkata, bahwa meminta sesuatu pada orang yang telah mati baik itu Rasul maupun Imam adalah syirik, karena mereka tidak bisa memberi manfaat dan madharrat pada orang yang masih hidup. Maka saya (Khomeini) katakan: Tidak, hal tersebut tidak termasuk syirk, bahkan meminta sesuatu pada batu atau pohon juga tidak termasuk syirik, walaupun perbuatan tersebut adalah perbuatan orang yang bodoh. Maka jika yang demikian itu bukanlah syirik apalagi meminta pada Rasul dan Imam-imam yang telah wafat, karena telah jelas dalam dalil maupun akal bahwa ruh yang telah mati malah memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih kuat dan ilmu filsafat pun telah membenarkan dan membahas hal tersebut secara panjang lebar.” (hal. 49)

2. Penyimpangan Abubakar dan Umar terhadap al-Qur’an.

“Disini saya katakan dengan tegas bahwa Abubakar dan Umar menyelisihi al-Qur’an dan mempermainkan Tuhan dan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal menurut hawa nafsu mereka dan bagaimana mereka berdua juga telah berbuat kezhaliman dengan melawan Fathimah putri nabi SAW dan oleh karenanya mereka berdua menjadi bodoh terhadap hukum ALLAH dan hukum agama.” (hal. 126)

“Kita juga melihat ketika ia (Umar ra) yang buta mata hatinya itu mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan kekafiran dan ke-zindiq-annya, yaitu penolakannya pada al-Qur’an surat an-Najm, ayat-3.” (hal. 137)

3. Dalil-Dalil Tentang Disyariatkannya Taqiyyah (Boleh Berdusta kepada selain orang Syi’ah):

“Dan kami tidak mengerti bagaimana mereka (ahlus-sunnah) menjauhi hikmah dan menyimpang karena hawa nafsu mereka, bagaimana tidak? Sedangkan TAQIYYAH adalah hukum akal yang paling jelas. Dan TAQIYYAH maknanya: Seorang manusia berkata dengan perkataan yang berbeda dengan kenyataannya atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan timbangan syariat karena menjaga darahnya, kehormatannya atau hartanya.” (hal. 148) “Maka termasuk bab taqiyyah jika kadangkala diperintahkan menyelisihi hukum-hukum ALLAH, sampai dibolehkan seorang pengikut Syi’ah berbeda dengan apa yang dihatinya untuk menyesatkan selain mereka (Syi’ah) dan agar mereka itu (selain Syi’ah) terjatuh dalam kebinasaan.” (hal. 148)

4. Mengapa Imamah (Aqidah tentang Imam yang Dua Belas -pen) Tidak Disebutkan dalam Al-Qur’an?

“Setelah aku jelaskan bahwa Keyakinan akan 12 Imam adalah ushuluddin (dasar aqidah Islam), dan bahwa al-Qur’an telah mengisyaratkan tentang hal tersebut secara tersirat. Dan aku jelaskan bahwa nabi SAW sengaja menyembunyikan ayat-ayat tentang Imamah dalam al-Qur’an karena takut al-Qur’an tersebut diselewengkan setelahnya, atau karena beliau SAW takut terjadinya perselisihan di antara kaum muslimin sehingga akan berdampak yang demikian itu terhadap aqidah Islam.” (hal. 149)

5. Khulafa Rasyidun adalah Ahlul Bathil

“Dan telah kukatakan beberapa potongan dari kitab Nahjul-Balaghah[2] yang menetapkan bahwa Ali ra berpandangan bahwa para Khulafa selainnya adalah bathil.” (hal. 186)

6. Penetapan Ratapan atas Husein dan Menjambak Rambut serta Merobek-robek Baju baginya setiap tahun (saat memperingati peristiwa Karbala -pen) sebagai Bagian dari ajaran Agama.

“Tidak ada dalam majlis tersebut kekurangan, karena semua itu adalah pelaksanaan perintah agama dan akhlaqiyyahnya dan tersebarnya fadhilah dan akhlaq yang paling tinggi serta aturan dari sisi ALLAH serta hukum yang lurus yang merupakan pencerminan dari madzhab Syi’ah yang suci yang ittiba’ pada Ali alaihis salam.” (hal. 192)

7. Wilayatul Faqih (Penetapan Kepemimpinan para Ulama Besar Syi’ah sampai saat Bangkitnya Kembali Imam ke-12 Syi’ah -pen)

“Syaikh ash-Shaduq dalam kitab Ikmalud-Din, dan syaikh ath-Thusiy dalam kitab al-Ghaybah, dan at-Thabrasiy dalam kitab al-Ihtijaj menukil dari Imam yang Ghaib (Imam ke-12 Syi’ah yang sekarang sedang menghilang -pen), sbb: Adapun hadits-hadits yang jelas maka hendaklah merujuk pada para periwayat hadits-hadits kami (syi’ah -pen), karena mereka semua adalah hujjahku atas kalian dan aku adalah hujjah ALLAH! Lalu kata Khomeini selanjutnya: Maka wajib atas manusia pada masa ghaibnya Imam (ke-12 tersebut -pen) untuk merujuk semua urusan mereka pada para periwayat hadits (syi’ah) dan taat pada mereka karena Imam telah menjadikan mereka itu hujjahnya.” (hal. 206) “Maka jelaslah dari hadits tersebut bahwa para Mujtahid adalah hakim dan barangsiapa yang menolak maka sama dengan menolak Imam dan barangsiapa menolak Imam maka berarti menolak ALLAH dan menolak ALLAH berarti syirik kepada-NYA.” (hal. 207)

B. Ushul Fiqh Menurut Syi’ah[3]:

1. Bahwa Dalil Sunnah (menurut Syi’ah -pen) adalah Hadits Nabi SAW dan Hadits dari Imam Syi’ah Yang 12 Orang

Dalil Sunnah (menurut Syi’ah -pen) definisinya = Perkataan (qawlan) dari AL-MA’SHUM, perbuatan (fi’li) dan persetujuannya (taqrir). Definisi AL-MA’SHUM (menurut Syi’ah -pen): Semua yang ditetapkan kema’shumannya dengan dalil, yaitu nabi SAW dan 12 orang Imam ahlul-bait. (hal. 22)

Adapun kehujjahan as-sunnah yang bersumber dari ahlul-bait baik perkataan mereka, perbuatan mereka maupun persetujuan mereka maka dikembalikan keimaman mereka, kema’shuman mereka dan kebenaran mereka SAMA DENGAN KEDUDUKAN nabi SAW. (hal. 23)

2. Dirasah Sanad Hadits Menurut Syi’ah:

a. Pembagian Hadits dikelompokkan dari sisi banyak sanadnya dan hubungannya dengan para ma’shum/al-ma’shumiin (yaitu nabi SAW dan 12 Imam Syi’ah -pen) (hal. 26):

i. Hadits yang Terpaut Hati dengan Para Ma’shum (yang dibagi lagi menjadi mutawatir dan muqtarin)

ii. Hadits yang Tidak Terpaut Hati dengan Para Ma’shum (yaitu hadits ahad)

b. Pembagian Hadits dari sisi penerimaannya (mu’tabar) (hal. 29-30):

i. Hadits Shahih (menurut Syi’ah -pen): Yaitu hadits yang seluruh periwayatnya adil dan sesuai dengan aqidah Syi’ah 12 Imam.

ii. Hadits Mawtsiq: Yaitu yang seluruh periwayatnya tsiqah dari muslimin secara umum (ahlus-sunnah -pen), atau sebagiannya dari tsiqat muslimin dan sebagian lagi dari perawi yang adil dari Syi’ah 12 Imam.

iii. Hadits Hasan: Yaitu yang kumpulan perawinya orang yang kurang kuat dari ulama hadits, atau dari percampuran antara yang adil yang tsiqat dan yang kurang kuat, atau dari percampuran antara yang adil dengan yang kurang kuat, atau yang tsiqat dengan yang kurang kuat.

3. Ijma’ Menurut Syi’ah (hal 76):

a. Yaitu kesepakatan jama’ah ulama yang salah seorangnya adalah Imam yang ma’shum (salah seorang dari 12 Imam Syi’ah -pen).

b. Maksudnya adalah tegaknya ijma’ yaitu jika para ulama tersebut mampu menyingkap makna salah satu pernyataan Imam yang ma’shum dalam suatu masalah.

c. Pembagian Ijma’ (hal. 77):

i. Ijma’ Muhshal: Yaitu semua ijma’ yang dihasilkan oleh wilayatul faqih dari dirinya dan sesuai dengan perkataan para mufti.

ii. Ijma’ Manqul: Yaitu semua ijma’ yang tidak dihasilkan oleh wilayatul faqih dari dirinya tetapi hanyalah dinukil darinya oleh para fuqaha yang lain.

___

Catatan Kaki:

[1] Kasyful Asrar, oleh: AyatuLLAH RuhuLLAH Khomeini. Alih-bahasa (dr bhs Parsi): DR Muhammad al-Bandari, Ta’liq hadits: Salim bin ‘Ied al-Hilali, Kata Pengantar: DR Ahmad al-Khatib, Kritik: Nashiruddin al-Albani. Th 1408 H/1987 M. Penerbit: Daar al-’Imaar Lin-Nasyr wat-Tauzi’, Amman-Urdun.

[2] Kitab tersebut adalah kitab palsu yang mengatasnamakan Ali ra (lih. Al-Mizan, oleh Imam Adz-Dzahabi III/124, juga Al-Lisan oleh Imam Ibnu Hajar, IV/223)

[3] Mabadi’ Ushulul Fiqh (Muwajjiz Wafin Li Ahammi Mawdhu’at Ushulul Fiqh: Ta’rifat, Mushthalahat, Adillatisy Syari’ al-Islamiy). Oleh: DR Abdul Hadi al-Fadhli. Penerbit: Mathabi’ Dar wa Maktabah al-Hilal. Th 1986. Bairut-Lubnan.

Peran Al-Ikhwan Dalam Melakukan Perbaikan dan Memberantas Kerusakan di Tengah Masyarakat (13) Perhatian Terhadap Bantuan Kesehatan

Sumber berita klik disini

Ketika penjajah masuk ke negeri Mesir dan menyebarkan kesengsaraan terhadap warganya dan membuat kondisi negeri menjadi kritis sehingga yang berada dibawah kemiskinan dan penjajahan Inggris; mereka berambisi untuk membuat negara yang berada dibawah jajahannya terus berada dalam tiga kondisi; sakit, miskin dan bodoh; sehingga tidak mampu melakukan perlawanan dan keluar dari permasalahan yang dihadapi dan dari seluruh perkara yang ada ditangannya. Dengan demikian, Mesir saat itu berada dalam kondisi kesehatan yang mengenaskan; oleh karena adanya penjajahan tersebut, dan lebih buruk lagi, bahwa penjajah inggris bukan saja membuat mereka miskin dan sakit, namun -disisi lain- mereka juga menebarkan penyakit menular yang mematikan seperti penyakit kolera, yang dibawa oleh para tentara Inggris yang datang dari Asia pada tahun 1947.

Dan sebagai bentuk kesempurnaan dari usaha yang dilakukan oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam memperbaiki kondisi masyarakat pada berbagai sisi dan bidang, mereka juga memiliki peran dalam melakukan perbaikan pada bidang kesehatan; dengan berusaha menyampaikan kondisi tersebut kepada raja dan dua menteri; menteri dalam negeri dan menteri kesehatan. Sebagaimana mereka juga mendirikan rumah sakit-rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan yang bergerak pada bidang sosial dalam memberikan bantuan pada sektor yang kesehatan terhadap warga yang tidak mampu, dan perkembangan pun terus berlanjut sehingga imam Al-Banna membentuk dalam jamaah seksi khusus yang disebut dengan “seksi Kesehatan” yang –pada saat itu- diketuai oleh dr. Muhammad Sulaiman, dan oleh karena pentingnya perkara tersebut, imam Al-Banna membagi lagi seksi kesehatan ini anggota khusus yang bermarkaz dikantor Al-Irsyad yang menanggani kesehatan dan bertanggungjawab atasnya, dan kembali DR. Muhammad diangkat menjadi ketuanya.

Ketika jamaah Al-Ikhwan mendirikan seksi khusus kesehatan yang tertuang dalam undang-undang Jam’iyyah Al-Ikhwan Al-Muslimun; pada fasal kedua disebutkan bahwa misi dan tujuan jamaah adalah mendirikan lembaga-lembaga yang bermanfaat untuk umat secara ruhi (spiritual) dan ekonomi semampunya; seperti mendirikan lapangan pekerjaan, klinik-klinik kesehatan, pos-pos kesehatan dan masjid-masjid; dengan berusaha memperbaiki yang sudah ada atau merenovasinya, atau mendirikannya secara utuh melalui infak harta yang dimiliki oleh jamaah atau dengan melakukan pemantauan terhadap administrasinya dan menghidupkan syiar-syiar yang ada di dalamnya:

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللهُ أَن تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ

“Di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang”. (An-Nuur:36),

dan dengan mengobati orang-orang yang terkena penyakit sosial seperti narkoba, minuman memabukkan, judi dan pelacuran, dan dengan menyebarkan propaganda tentang kesehatan; khususnya di pedesaan dan perkampungan, dan dengan membimbing para pemuda untuk istiqomah pada ajaran agama yang benar

وَأَن لَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لأسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًا

“Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak)”. (Al-Jin:16)

Usaha Al-Ikhwan Sebelum Terjadinya Perang Dunia Kedua

Kondisi miskin dan mengenaskan sebelum terjadinya perang dunia kedua mengiringi bangsa dan rakyat Mesir selama beberapa tahun, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan bidang kesehatan; dan berkhidmah pada bidang kesehatan menjadi suatu keniscayaan, sementara rumah sakit masih sedikit dan terbatas, khususnya di pedesaan; ditambah lagi dengan lemahnya kesadaran masyarakat pada sisi kesehatan dikarenakan penyebaran buta huruf di tengah masyarakat Mesir saat itu. Dan oleh kondisi demikian, menyebar di tengah masyarakat tempat-tempat pengobatan alternative, tabib, perdukunan dan khurafat yang menjadi tempat untuk mengobati berbagai macam penyakit yang menyebar di tengah masyarakat saat itu.

Sementara itu -disisi lain- gerakan kristenisasi juga menyadari akan kondisi ini dan mereka mulai mengatur sterategi dan melakukan trik untuk mewujudkan misi-misi jahat mereka di tengah masyarakat Mesir yang mayorits muslim; mereka mengumpulkan dokter-dokter yang beragama Kristen dan mulai mendirikan klinik-klinik kesehatan gratis sambil membawa misi memurtadkan umat Islam dan meracuni mereka dengan agama kristen dengan alasan pengobatan.

Ketika ustadz Hasan Al-Banna mengetahui hal tersebut, beliau mengajak para dokter muslim untuk berkhidmah dan mau ditempatkan di pelosok desa yang ada di Mesir dan berani melawan gerakan kristenisasi sambil mengobati masyarakat yang sakit. Agenda mereka berkeliling kampung untuk meringankan beban dan penderitaan masyarakat muslim disana dan mengobati orang-orang yang sakit dan berusaha menyelamatkan mereka dari gerakan kristenisasi.

Dengan seruan itu banyak para dokter dari kalangan Al-Ikhwan menyambutnya dengan antusia, sehingga mereka langsung dikirim ke daerah yang dituju dan mulai melakukan pemantauan terhadap warga miskin yang sakit dan membarikan pengobatan kepada mereka secara gratis serta berusaha meringankan mereka dari kondisi yang membelit umat Islam. Dan mereka melakukan itu semua dengan ikhlas tanpa pamrih dan menunggu adanya ucapan terimakasih atau upah kecuali hanya berharap ganjaran dari Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam Koran al-ikhwan kisah tersebut seperti yang terjadi di desa Qolyubi.

Al-ikhwan memiliki perhatian yang besar pada bidang kesehatan; sehingga mereka menyerukan untuk mendirikan rumah-sakit rumah sakit dan klinik-klinik kesehatan murah dan gratis di berbagai perkotaan dan pedesaan untuk mengobati warga miskin yang sakit, dan mereka bekerja dengan begitu semangat dan antusias sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ada dilingkungan terutama para buruh dan warga miskin di perkampungan dan pedesaan; sehingga ada salah satu klinik yang terletak di daerah Tanta mampu mengobati warga dalam satu hari sebanyak 3774 pasien.

Sebagaimana Al-Ikhwan juga berusahan menyebarkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan; sehingga Al-Ustadz Muhammad Abdul Basith Barakat meminta kepada pemerintah, seperti yang ditulis dalam makalahnya yang berjudul: “keistimewaan Islam dari sisi kedokteran” beliau berkata: “Dan tentunya harapan kami terhadap menteri wakaf (agama) adalah merealisasikan usulan kami pada bidang kedokteran; sehingga dapat saling bergotong royong bersamaan dengan penyabaran isu akan pentingnya kesehatan melalui penyebaran pendidikan kesehatan, menyebarkan sarana antisipasi, dan dengan meminta bantuan kepada para khatib di masjid-masjid dan guru-guru di pedesaan; untuk menjadi utusan penebar kebaikan dan kasih sayang untuk para ikhwan kita yang berprofesi menjadi petani yang terdapat di tengah mereka berbagai macam penyakit, dan harapan kami juga terhadap para tokoh dan simpul massa serta ulama untuk memberikan siraman rohani kepada mereka seputar pentingnya kesehatan; disamping para ikhwan kita di pedesaan juga banyak yang mendirikan lembaga-lembaga konseling untuk memperbaiki hubungan antara keluarga, memerangi buta huruf dan menyebarkan isu akan nilai-nilai dan pentingnya kesehatan di tengah mereka; dan sehingga mereka merasakan faedahnya; mendapatkan ketenangan dan kesejukan, meluasnya kebaikan dan negara hidup dalam kelapangan dan kedamaian yang diselimuti oleh pakaian kemuliaan dan ketentraman”.

Pehatian Al-ikhwan tidak hanya pada bidang kesehatan saja, namun juga berusaha memberikan perhatian dan arahan kepada umat akan kebiasaan hidup sehat dan bersih dan juga memberikan nasihat-nasihat tentang kesehatan; karena itulah, diantara mereka ada yang menulis silsilah yang berkaitan dengan makanan dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, dan memotivasi mereka akan pentingnya kehati-hatian dari mengkonsumsi makanan terlalu banyak; karena makan yang berlebihan akan berakibat mengendapnya makanan pada lambung. Mereka juga memberikan arahan akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan cara-cara hidup sehat serta selalu mengkonsumsi minuman susu, mengarahkan umat akan bahaya minuman khamar, dan menyanggah akan anggapan yang menyatakan bahwa khamar dapat meningkatkan selera terhadap makanan, atau memberikan kehangatan tubuh manusia, atau menambah seksualitas, namun justru berakibat pada bahaya yang selalu mengintai seperti melemahkan potensi akal, penyakit gila, melemahkan detak jantung dan bahkan dapat menghentikannya secara tiba-tiba, sebagaimana juga dijelaskan akan bahayanya pada sisi kesehatan dan materi, dan juga dijelaskan akan bahaya dan buruknya daging babi; karena dapat mengakibatkan menularnya penyakit cacing pita seperti halnya yang terdapat pada daging anjing yang dapat memindahkan cacing ke dalam tubuh manusia.

Ustadz Faraj An-Najar juga menyampaikan usulan yang bagus pada saat al-ikhwan mengadakan pertemuan di desanya Mit Khoqon, Propinsi Syibin El-koum; mereka melakukan penghitungan nama-nama anak yang lahir pada tahun tertentu; melalui pejabat desa sehingga dapat mengetahui nama-nama mereka dan nama orang tua mereka, kemudian mereka mulai mengunjungi rumah-rumah yang terdapat di dalamnya anak yang baru lahir untuk diberikan tahniah dan ketenangan atasnya dan atas kesehatannya, jika diantara mereka ada yang sakit maka mereka menemaninya untuk pergi ke dokter, memberikannya obat dan membelikan untuknya pakaian musim dingin dan musim panas. Dengan hal tersebut mereka berhasil menyebarkan wawasan tentang kesehatan dan perhatian secara medis terhadap warga di pedesaan.

Pada muktamar yang diadakan di propinsi Ad-Daqhiliyah pada jalsah kelima –daurah ketiga- disampaikan hal-hal berikut:

Al-ikhwan hadir di kota Al-Manzilah atas nama Islam dan umat Islam dan kewajiban menjaga dan memelihara pada bidang kesehatan dengan rincian sebagai berikut:

Bahwa di kota al-manzilah terdapat kelompok kristenisasi potestan dengan nama madrasah as-salam, dan diantara tujuan sekolah tersebut adalah menumbuhkan ruh agama masehi (nasrani) di dalam jiwa para pemudi dan wanita muda, ibu-ibu khususnya wanita muslimah, dan hal tersebut telah memberikan dampak negative di tengah masyarakat; sehingga membuat hati trenyuh dan air mata menetes..!

Ketika terjadi gelombang kemarahan umat Islam dan mendukung pemerintah Mesir dalam menjaga agama resminya pada tahun-tahun belakangan, gerakan kritenisasi melakukan aksi lain; yaitu dengan merubah sekolah as-salam menjadi klinik kesehatan khusus pengobatan mata, padahal dibalik itu masih memiliki misi dan tujuan terselubung; memerangi umat Islam dengan menyebarkan ajaran-ajaran mereka dalam bentuk yang beragam dan corak yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi masyarakat. Karena itu sebelum mereka memberikan pengobatan, lebih dahulu para dokter Kristen menyampaikan ajaran kristen dan pentingya berpegang teguh pada agama Masehi dan menjauhkan akidah Islam, serta secara terang-terangan menghina agama Islam dan menghina pembawa syariat agama tersebut; Muhammad saw. Dan sebagaimana diketahui, bahwa mereka –para pembawa agama Kristen- tidak membawa syahadah ilmiyah –ijazah- yang membolehkan mereka memberikan pengobatan mata secara detail yang membutuhkan keahlian khusus dan ketelitian. Dan berdiam diri terhadap kondisi buruk seperti itu akan menambah buruk penyakit mata bahkan bisa berakibat penyakit kronis dan kebutaan. Dan kami tuliskan kepada kalian apa yang kami rasakan dalam jiwa-jiwa kami bahwa kewajiban atas setiap insan mengerahkan tenaganya untuk menyebarkan dakwah tentang kesehatan dan memerangi kebodohan dengan mengambil peran dalam mengobati orang-orang yang sakit sementara tidak memahami dasar-dasar pengobatan yang benar.

Dan ketika kami tidak mampu memberantas mereka kecuali dengan jabatan dan kekuatan kalian; namun kami telah menunaikan kewajiban kami untuk menyebarkan dan memberikan pemahaman akan pentingnya kesehatan. Dan pada akhirnya kami dapat mengetahui akan kebijakan kalian dan ketepatan pendapat kalian dalam rangka memutus kebodohan yang mendera warga dan menghentikan batas yang telah ditentukan oleh undang-undang.

Kami menulis ini dan menyerahkannya kepada kalian, karena kalian memiliki tanggung jawab dalam urusan kesehatan secara umum untuk mengubah paradigma umat yang mengabaikan aqidahnya dan acuh terhadap kesehatannya.

Besar harapan kami bahwa kalian bekerja sama untuk menolong kami, membentangkan tangan untuk memberikan bantun dalam rangka melindungi warga dari orang-orang yang menyerang mereka; baik dari sisi aqidah dan kesehatan, betapa besar ganjaran yang akan kalian peroleh jika kalian bekerja untuk menghadirkan dokter mata di rumah sakit pusat al-manzilah. Namun jumlah penduduk desa Al-Mathariyah mencapai 20 ribu jiwa, sedangkan jumlah penduduk Al-Manzilah juga mendekati jumlah tersebut, walaupun letak desa mathoriyah 11 KM; karena itu, pada kondisi ini kami mengajak kalian untuk meninjau kondisi sulit yang menimpa warga, khususnya para fuqoro yang sedang sakit untuk dipindahkan ke rumah sakit Ar-ramad di Al-Mathoriyah, karena jarak yang sulit dan panas yang terik sehingga menambah penderitaan mereka di desa tersebut.

Kami mengajak kepada kalian yang mulia untuk mewujudkan permohonan kami; yang merupakan suatu keniscayaan akan kemaslahatan yang harus menjadi perhatian kalian terhadapnya, karena sikap kalian dalam memberikan perlindungan terhadap warga adalah sangat diharapkan, dan semuanya merupakan kesaksian akan tugas kalian dan kejujuran akan siap siaga kalian, serta kesigapan kalian dalam melakukan perbaikan untuk negeri tercinta ini.

Dan tentunya kami juga sangt berharap akan kesuksesan yang baik dengan direalisasikannya tuntuan ini sesegera mungkin, walau hanya dengan kehadiran Hakim Pasya ke rumah sakit Ar-Ramad di Al-Mathoriyah untuk bekerjasama dengan pihak rumah sakit Al-Manzilah selama tiga hari dalam satu minggu atau sesuai dengan kesepakatan; sehingga dapat memberikan pengobatan murah terhadap warga miskin yang sakit dan bisa sampai ke tempat pengobatan tanpa ada kesulitan dan beban berat, dan agar orang-orang fakir tidak pergi ke rumah sakit-rumat sakit oreintalis yang memiliki misi yang jahat terhadap setiap jiwa umat Islam.

Dan demi Allah, kami berharap Allah memberikan manfaat dan ganjaran yang besar untuk kalian atas pekerjaan yang baik ini, dan memperkokoh ikatan agama kalian serta dapat memberikan kemaslahatan yang besar terhadap negeri ini. Amin.

Al-ikhwan juga mengingatkan melalui surat kabar mereka akan bahaya penyakit yang tersembunyi seperti kencing manis dan akibat yang akan di derita setelahnya, yang dapat mengancam individu dan jamaah, laki-laki dan wanita, dan mereka juga menyampaikan akan penyakit lambung dan berusaha memindahkan dan menghindarkan diri darinya agar umat terhindar dari kejahatannya. Begitupun mereka mengeluarkan beberapa taujihat tentang kesehatan untuk warga, seperti bagaimana mengkonsumsi makanan yang tepat pada waktunya, tidak terlalu banyak atau berlebihan dalam mengkosumsi makanan, mengunyahnya dengan baik sehingga lambung tidak keletihan dalam menghancurkan dan memproses makanan, menjauhi minuman yang memabukkan, banyak mandi dan banyak melakukan aktivitas, tidak malas dan tidak banyak tidur, dan bangun tidur pada waktu pagi sekali..

Sebagaimana Al-Ikhwan mengisyaratkan akan hikmah puasa dan faedah-faedahnya dalam menguatkan dan melindungi pencernaan, hingga pada cara yang paling efektif dan tepat dalam mengkonsumsi makanan saat berbuka sehingga tidak hilang faedah puasa dan tidak membahayakan pencernaan.

Al-Ikhwan juga memberikan perhatian untuk memberikan nasihat kepada para calon haji dan membekali mereka pada sisi kesehatan; karena banyak dari mereka yang terserang penyakit dan virus oleh adanya interaksi dan pertemuan langsung dengan banyak orang disana. Al-Ikhwan menjelaskan kepada mereka tentang butir-butir kesepakatan internasional tentang kesehatan yang diadakan di Paris, dan diantara isyarat yang disampaikan kepada para calon haji adalah: Menjaga kebersihan pakaian dan badan dari kutu; karena binatang melata tersebut dapat memindahkan dan menularkan sebagian penyakit yang membahayakan, sesering mungkin mengganti pakaian dan mencucinya, dan berhati-hati dari lalat dan nyamuk dan selalu pergi ke pusat atau kantor kesehatan untuk pengecekan kesehatan, dan juga melakukan pencacaran (penyuntikan imunisasi) terhadap penyakit kolera, cacar dan typus sebelum melakukan safar.

Al-Ikhwan juga menggerakkan kesadaran pada tema yang sangat penting untuk semua masyarakat, khususnya kaum hawa; yaitu perhatian terhadap ibu saat mengandung dan setelah melahirkan untuk memberikan jaminan agar dapat melahirkan secara alami, tidak boleh membebaninya pada pekerjaan yang berat setelah melahirkan. Seperti yang dilakukan oleh DR. Ibrahim Abu Sanah saat menulis makalah yang berjudul: “Memberikan perhatian terhadap ibu saat mengandung dan melahirkan”, yang mencakup beberapa point penting; yaitu memantaunya secara rutin kepada dokter tentang kesehatan ibu saat mengandung dan berusaha memberikan perlindungan kepadanya dan menjauhkan dari berbagai penyakit yang dapat menimpa dirinya, mengenali beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan sulit melahirkan serta berusaha untuk menghilangkannya, dan melakukan kehati-hatian yang wajar saat melahirkan serta memberikan pengetahuan khusus tentang melahirkan sehingga mampu mengkondisikan diri dengan baik.

Al-Ikhwan juga memberikan nasihat-nasihat penting kepada masyarakat umum seperti tata cara hidup sehat, makanan sehat, mandi yang bersih, pakaian yang bersih, melakukan latihan olah raga, melakukan aktivitas rumah tangga, perhatian terhadap asupan susu dan tanda-tanda kesehatan dan kondisi jiwanya saat mengandung kepada dokter.

Sebagaimana Al-Ikhwan juga menyampaikan kepada sang ayah akan kewajibannya terhadap kesehatan anaknya dengan selalu memperhatikan kaidah-kaidah dalam mengkonsumsi makanan; karena bentuk dan jenis makanan harus sesuai dengan umur dan tanpa berlebihan dan kekurangan; pada umur balita (dibawah lima tahun) misalkan harus mengkonsumsi makanan yang mudah di kunyah dan di cerna oleh lambung dan mengandung makanan yang yang berprotein dan bergizi, dan jumlahnya konsumsinya harus lebih banyak yaitu 4 kali dalam sehari, adapun saat berumur lebih besar dari itu, maka komposisinya harus lebih besar karena pertumbuhannya lebih cepat. Mereka juga memberikan arahan kepada orang tua (ayah) akan pentingnya pencacaran terhadap anak-anaknya dari berbagai macam penyakit berbahaya, pentingnya perhatian terhadap kebersihan, waktu santai, waktu tidur, jumlah jam belajar, menyusun waktu bermain sehingga tidak membuat badan letih dan berpengaruh dalam berfikir.

Mereka juga memotivasi kepada orang tua untuk memberikan perhatian terhadap anak pada musim panas; karena pada musim itu banyak tersebar penyakit; mereka memberikan nasihat dan kaidah-kaidah penting yang harus diperhatikan oleh umat dan memantaunya untuk melindungi anak-anak dari penyakit musim panas.

Dan diantara perhatian Al-Ikhwan pada sisi ini adalah arahan kepada masyarakat akan pentingnya apotik kecil di setiap rumah, dan kewajiban oleh setiap keluarga (ibu, ayah, anak-anak dan pembantu rumah tangga) untuk mengetahuinya dan bagaimana cara menggunakannya, dan apotik kecil ini harus terisi obat-obatan darurat sederhana, seperti; perban, kapas, alat suntik, thermometer, obat-obatan, kantong es, kantong air hangat, pompa udara, dan lain-lain yang memberikan manfaat dan dapat digunakan dalam keadaan darurat.

Dan diantara ilmu kesehatan yang bermanfaat yang disampaikan oleh Al-Ikwah adalah distribusi udara yang baik dan benar dan pengaruhnya terhadap kesehatan; karena hal tersebut seperti makanan dan minuman yang merupakan faktor-faktor penting dalam kehidupan, mereka juga menyampaikan beberapa nasihat untuk melindungi kebersihan udara; seperti pencegahan terhadap orang-orang yang tidur di tempat yang sempit dan tertutup, membuka ventilasi (jendela) rumah pada siang hari dan pada musim dingin lalu menutupnya sebelum waktu sore tiba, atau menjaganya dari udara dingin dan basah saat tidur, saat waktu lelah dan saat masih berkeringat, selalu memperhatikan kebersihan toilet dan menutup kolam dan rawa yang berdampingan dengan rumah dan tempat tinggal.

Al-Ikhwan juga menyampaikan pada media masa Mesir terhadap beberapa tumbuh-tumbuhan yang boleh dimakan dan faedah-faedahnya secara kedokteran, seperti: biji-bijian, khamirah (ragi), mulukhiyah, hilbah dan lain-lainnya.

Sebagaimana Koran mingguan Al-Ikhwan juga menerbitkan edisi khusus tentang kesehatan yang ditulis oleh para dokter senior pilihan, dan hal tersebut dilakukan selama dua pekan; sehingga menjadi dua edisi khusus Koran mingguan tentang kesehatan; minggu pertama dan kedua, dan dalam sampul majalah tersebut disebutkan “Edisi khusus tentang kesehatan dan keagamaan”

Syaikh Mahmud Ali Ahmad, Imam dan Khatib Masjid Ar-Rifa’I yang terletak yang di Qol’ah menuslis makalah di majalah tersebut, dia berkata: “Umat Islam banyak lalai akan rahasia kebersihan, dan acuh dengan kebersihan tempat tinggalnya, padahal kebersihan adalah bagian dari agama, sehingga mereka terkena penyakit, karena mereka tidak menjaga kebersihan badan dan pakaian sehingga menyebar penyakit yang membahayakan dan virus yang mematikan, sebagaimana telah menyabar penyakit rabun mata dan kebutaan. Kondisi lemah dan menurunnya daya imun tubuh serta menyebarnya penyakit Balharisia dan lain-lainnya.

Dan masalah kesehatan akhirnya menjadi perhatian khusus Al-Ikhwan dan warga, sehingga menjadi penggerak didirikannya pusat-pusat kesehatan dan rumah sakit-rumah sakit, dan menyebarnya propaganda tentang kesehatan dan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kedokteran, serta seruan untuk untuk mejaga kebersihan air dan kebersihan badan serta membunuh kutu-kutu yang dapat menyebarkan penyakit typus dan penyakit menular lainnya, membunuh nyamuk yang dapat menyebarkan penyakit malaria, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan usaha yang baik dan perhatian yang besar, yang sekiranya seorang muslim mau merenungkan ajaran agamanya maka akan mengetahui bahwa agamanya tersebut telah menyeru terhadap apa yang diwasiatkan oleh para dokter dan juga akan mendapatkan bahwa nabi Muhammad saw merupakan dokter paling ahli dan pemilik kata-kata hikmah yang bijak. Dan sehingga jika seorang muslim mau berpegang teguh dengan perintah agamanya maka akan mendapatkan kesehatan yang prima seperti halnya diinginkan oleh setiap insan akan kebaikan dan kekuatan.

Dan ketika berada di propinsi Port Fuad Al-Ikhwan mengangkat permasalahan kesehatan dihadapan menteri kesehatan dan meminta kepadanya untuk didirikan rumah sakit di kota tersebut, yang isi permintaannya adalah: “Setelah diperhatikan; bahwa tidak adanya rumah sakit di Port Fuad, maka jam’iyyah mengajukan proposal untuk menyampaikan tuntutan masyarakat pada tahun 1935 kepada yang mulia wakil menteri dalam negeri untuk urusan kesehatan untuk mendirikan rumah sakit di Port Fuad, yang hingga saat ini belum memiliki rumah sakit satupun”.

Al-ikhwan juga selalu berpartisipasi dan ikut serta dalam berbagai pertemuan dan muktamar yang di dalamnya didiskusikan tentang pembatasan keluarga (KB); seperti muktamar yang diadakan oleh persatuan dokter Mesir seputar permasalhan diatas yang diselenggarakan di kuliah kedokteran pada bulan Mei 1937, dan persatuan tersebut juga mengundang mursyid am Hasan Al-Banna, dan beliau diminta untuk menyampaikan kata sambutan. Dan dalam muktamar tersebut Isa Abduh menyampaikan makalah yang berjudul: “Pro kontra tentang pembatasan keluarga (KB) atau mengaturnya; pembahasan dari dua sisi islam dan ekonomi”. Adapun kalimat yang disampaikan oleh mursyid am adalah makalah yang berjudul: “Bahaya yang mengancam umat dan peringatan akan kehancurannya, bagaimana kita bisa menerima akan adanya pembatasan keturunan”, di dalamnya beliau berkata; “Kami bersyukur kepada persatuan dokter, dengan memberikan kesempatan kepada kami untuk berbicara tentang materi yang sangat penting dan dalam ini; tema tentang pembatasan keluarga” menurut pandangan Islam, dengan artian bahwa saya saat berbicara disini akan menjabarkan pada sisi terbatas, yaitu sisi keislaman, dengan artian pula bahwa saya akan menjelaskan semampu saya tentang pandangan Islam terhadap ideology ini, dan saya akan mengeluarkan di dalamnya pendapat saya secara pribadi sesuai dengan yang saya ketahui, bukan atas nama pandangan Jamaah Al-Ikhwan al-muslimun yang merupakan suatu kemuliaan bisa berintisab kepadanya.

Akan kita sempurnakan insya Allah pada bagian berikut seputar usaha al-ikhwan dalam bidang kesehatan pada saat dan setelah perang dunia kedua.

Bahan rujukan:

1. Malajah Mingguan Al-Ikhwan Al-Muslimun, tahun kelima, jumadil ula tahun 1356/Juli 1937

2. Malajah Mingguan Al-Ikhwan Al-Muslimun, tahun ketiga, Syawal tahun 1354/Januari 1936

3. Ishaq Musa Al-Husaini, Al-Ikhwan Al-Muslimun Kubra Al-Harakat Al-Haditsah, Dar el-Bairut advertising, Beirut, tahun 1952

4. Jum’ah Amin Abdul Aziz, Awraq min tarikh Al-Ikhwan Al-Muslimun. Dae el-tauzi al-islamiyah, tahun 2004

5. Al-Bashair lil Buhuts wa Ad-dirasat, Silsilah min Turats Al-Imam Al-Banna, dar el tauzi wa an-nasyr al-islamiyah, tahun 2006.

Sentuhan-sentuhan Tarbiyah: Sikap Para Pemuka Terhadap Da’wah

Sumber berita klik disini

ketika Allah SWT hendak menceritakan tantang kisah para nabi dan rasul-Nya dalam Al-Quran; pertama kali yang diceritakan adalah pertentangan yang dilakukan oleh para pemuka –pemimpin kaum dan kekufuran mereka- terhadap para nabi dan rasul; sebagai kisah pertama yang disebutkan tentang pertentangan dan pembangkangan mereka terhadap utusan Allah sebelum menceritakan tentang kaum mu’minin dan sikap mereka terhadap para nabi. Hal demikian banyak memberikan faedah dan manfaat kepada Rasulullah saw dan para du’at setelah, diantaranya :

1. Meneguhkan hati Rasulullah saw atas kebenaran dan sebagai nasehat dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman, seperti dalam firman Allah:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud:120)

2. Memberikan kelapangan dan keringanan kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya serta para du’at setelahnya bahwa sunnatullah dalam kehidupan adalah perseteruan antara yang hak dan yang bathil.

3. Memberikan penjelasan kepda Rasulullah saw dan para du’at bahwa pertentangan merupakan hal yang lumrah terjadi, dan bukan pertentangan yang hanya terjadi satu hari atau satu malam saja, namun akan terus berjalan hingga bertahun-tahun dan bahkan berabad-abad dan hingga hari kiamat; karenanya membutuhkan keuletan, kesabaran dan ketabahan para aktivis walaupun pertentangan itu mencapai titik paling berat sekalipun.

4. Kesadaran bahwa sekalipun pertentangan datang dari kekuatan yang besar, kemuflase dan jelas merupakan bentuk pembangakangan yang paling keras, namun tidak akan mampu menghancurkan kebenaran sekalipun sebesar bom atom, dan tidak akan menyurutkan kebenaran dan menghentikan perjalanan dakwah dari relnya selamanya.

5. Dakwah membutuhkan Kesabaran yang panjang sekalipun harus berhadapan dengan pembangkangan yang keras dan jauhnya kemenangan :

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (Al-Ahqof :35)

Demikianlah Allah SWT menjelaskan kapada para du’at bahwa pertentangan dan perseteruan merupakan suatu keharusan dari kelompok orang-orang kafir dan pendukungnya yang banyak dengan bentuk yang bermacam-macam. Namun sekalipun demikian, para du’at harus tetap tetap berada dalam satu keyakinan. Dan jika kita kaji ayat-ayat Al-Qur’an, maka kita akan dapatkan ayat-ayat yang menceritakan tentang pertentangan para pemuka kaum terhadap para nabi :

- Seperti kisah nabi Nuh AS yang mana Allah SWt berfirman tentangnya :

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata) : “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu. Agar kemu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya : Kami tidak melihat kamu, maliankan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin kamu adalah orang-orang yang dusta. Berkata Nuh : “Hai kaumku, bagaimana fikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa kami akan paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?” (Hud:25-28)

- Begitupun kisah nabi Musa AS, Allah berfirman:

ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَى بِآَيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَظَلَمُوا بِهَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ . وَقَالَ مُوسَى يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَحَقِيقٌ عَلَى أَنْ لَا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ . قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِآَيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ . فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ . وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ . قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ . يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ

“Kemudian Kami utus Musa sesudah Rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Musa berkata: “Hai Fir’aun, Sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, Maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku”. Fir’aun menjawab: “Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, Maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu Termasuk orang-orang yang benar”. Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, Maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya. Pemuka-pemuka kaum Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai, yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu”. (Fir’aun berkata): “Maka Apakah yang kamu anjurkan?” (Al-A’raf:103-110)

- Kemudian kisah nabi Hud AS. Allah berfirman :

وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ . قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ . قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَأُبَلِّغُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ . أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آَلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ . قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ . قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا نَزَّلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ . فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ

“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya Kami benar benar memandang kamu dalam Keadaan kurang akal dan Sesungguhnya Kami menganggap kamu Termasuk orang orang yang berdusta.” Hud herkata “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu”. Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada Kami, agar Kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada Kami jika kamu Termasuk orang-orang yang benar.” Ia berkata: “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu”. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang Nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, Padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), Sesungguhnya aku juga Termasuk orang yamg menunggu bersama kamu”. Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan Tiadalah mereka orang-orang yang beriman”. (Al-A’raf:66-72)

- Begitu pula dengan Kisah nabi Sholeh AS. Allah berfirman:

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ . قَالُوا يَا صَالِحُ قَدْ كُنْتَ فِينَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هَذَا أَتَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا وَإِنَّنَا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ . قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَآَتَانِي مِنْهُ رَحْمَةً فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُهُ فَمَا تَزِيدُونَنِي غَيْرَ تَخْسِيرٍ . وَيَا قَوْمِ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آَيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ . فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ذَلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ . فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ . وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ . كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ

“Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” Kaum Tsamud berkata: “Hai shaleh, Sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara Kami yang Kami harapkan, Apakah kamu melarang Kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak Kami ? dan Sesungguhnya Kami betul-betul dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” Shaleh berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, Maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya. sebab itu kamu tidak menambah apapun kepadaku selain daripada kerugian. Hai kaumku, Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah Dia Makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” Mereka membunuh unta itu, Maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud”. (Hud:61-68)

- Sebagaimana juga Kisah Nabi Luth AS. Allah berfirman :

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ . إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ . وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ . فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ . وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ

Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.” Kemudian Kami selamatkan Dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; Dia Termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu”. (Al-A’raf:80-84)

- Serta Kisah Nabi Syu’aib :

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . وَلَا تَقْعُدُوا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوعِدُونَ وَتَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِهِ وَتَبْغُونَهَا عِوَجًا وَاذْكُرُوا إِذْ كُنْتُمْ قَلِيلًا فَكَثَّرَكُمْ وَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ . وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آَمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ . قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ . قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ . وَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ . فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ . الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ . فَتَوَلَّى عَنْهُمْ وَقَالَ يَا قَوْمِ لَقَدْ أَبْلَغْتُكُمْ رِسَالَاتِ رَبِّي وَنَصَحْتُ لَكُمْ فَكَيْفَ آَسَى عَلَى قَوْمٍ كَافِرِينَ

“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya. Pemuka-pemuka dan kaum Syu’aib yang menyombongkan dan berkata: “Sesungguhnya Kami akan mengusir kamu Hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota Kami, atau kamu kembali kepada agama kami”. berkata Syu’aib: “Dan Apakah (kamu akan mengusir kami), Kendatipun Kami tidak menyukainya?” Sungguh Kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika Kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan Kami dari padanya. dan tidaklah patut Kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan Kami menghendaki(nya). pengetahuan Tuhan Kami meliputi segala sesuatu. kepada Allah sajalah Kami bertawakkal. Ya Tuhan Kami, berilah keputusan antara Kami dan kaum Kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. Pemuka-pemuka kaum Syu’aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi”. Kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu’aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu’aib mereka Itulah orang-orang yang merugi. Maka Syu’aib meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?” (Al-a’raf:85-93)

serta kisah-kisah para nabi dan rasul lainnya.

Dan pembangkangan ini terus berlangsung, sejak awal diutusnya para rasul hingga nabi terakhir, seperti yang disebutkan dalam firman Allah :

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ . وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ . وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ

“Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud, dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth, dan penduduk Aikah serta kaum Tubba’ semuanya telah mendustakan Rasul- Rasul Maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan”. (Qaaf:12-14)

Demikianlah, Allah menjelaskan dalam kitabnya sikap para pemimpin kaum dari risalah para nabi dan Rasul, dan perlawanan dan pembangkangan serta pertentangan keras ini terhadap kebenaran dapat menjelaskan kepada Rasulullah saw danpara du’at setelahnya atas jalan dan petunjuknya. Bahwa semua itu merupakan sunnatullah -suatu keniscayaan- yang menuntut para du’at memiliki keteguhan, keuletan untuk tegar dan sabar dalam berdakwah serta tabah dalam usaha mengembalikan manusia (umat) ke jalan yang benar.

Demikianlah setelah Allah menjelaskan keringanan dan pengajaran kepada nabi-Nya dengan memberikan peringatan kepada para du’at akan sikap nabi terhadap pertentangan yang dilakukan oleh suku kafir Quraisy, pembangkangan dan siksaan mereka terhadapnya yang disebutkan dalam banyak ayat-ayat Allah dan tuduhan mereka kepada beliau sebagai penyihir dan orang gila, namun disisi lain disebutkan juga keteguhannya beserta para sahabatnya dalam menghadapi pertentangan dan permusuhan, sehingga mengajarkan kepada para du’at hakikat peristiwa yang terjadi pada masa lalu hingga waktu yang akan datang yang kemudian menjadi bahan introspeksi dalam menjalankan amanah dakwah untuk selalu sabar dan tabah jika berhadapan dengan berbagai rintangan dan pertentangan.

Memberikan kesadaran kepada para du’at; bahwa sekalipun pembangakangan telah mencapai puncaknya, namun selamanya tidak akan melunakkan dan melemahkkan keteguhan para du’at, dan bahkan tidak akan mampu membuat iman yang terpatri dalam hati mereka menjadi lebur dan luntur, karena mereka begitu yakin akan ta’yid (dukungan) dan kemenangan Allah, dan disamping itu mereka juga memahmi akan hikmah tertundanya suatu kemenangan, dengan berharap mendapatkan apa yang ada disisi Allah berupa ganjaran dan syahadah di jalan-Nya.